Pencarian

Jumat, 29 April 2011

Jalan Penderitaan Yesus (1)

undefined
Stations of the cross off Church of the Holy Sepulchre in Jerusalem.

 --------------------------------------------------------------------------------------------------------
undefined
 Golgota in Calvary Hill, Tata

--------------------------------------------------------------------------------------------------------




undefined
Church of the Holy Sepulchre-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tempat ini cukup terkenal jika kita membaca alkitab. Yah disinilah tempat Yesus disalibkan.   

Setelah dijatuhi hukuman mati, Yesus keluar dengan memikul sendiri salibnya ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak. Di dalam bahasa Ibrani disebut Golgota (Yoh 19:17). Golgota pada waktu itu terletak di luar kota Yerusalem, tetapi tidak jauh dari temboknya dan agak berdekatan dengan sebuah gerbang yang dilalui para pejalan. Dalam surat kepada orang Ibrani dikatakan :  Yesus juga mati di luar pintu gerbang kota untuk membersihkan umatnya dari dosa dengan darahNya sendiri (Ibr 13:12). Dalam Injil Yohanes dicatat pula, Di tempat Yesus disalibkan ada sebuah taman. Di dalam taman itu ada sebuah kuburan baru, yang belum pernah dipakai untuk penguburan orang. Karena kuburan itu dekat, dan hari Sabat hampir mulai, mereka menguburkan Yesus di sana (Yoh 19:41-42). Namun dewasa ini, bentuk asli Golgota serta tempat Yesus dimakamkan tidak dapat disaksikan lagi, akibat berbagai gedung yang dibangun di situ selama 20 abad. Dalam Injil, Golgota tidak pernah dinamakan gunung / bukit, tetapi selalu tempat saja. Nama Golgota bukan hanya nama tempat berdirinya Salib Yesus, melainkan juga nama tanah milik Yusuf dari Arimatea. Secara tradisional Golgota memang disebut bukit. Kapel Kalvari terletak 5 m lebih tinggi dari lantai Basilika Makam Suci sekarang. Di sebelah barat bukit kecil di zaman dulu itu terdapat taman yang terletak di daerah bekas tambang batu. Dalam salah satu dinding batu itu, Yusuf dari Arimatea membuat makam bagi keluarganya.

Sesuai dengan kebiasaan Yahudi, makam bagi jenazah Yesus terdiri dari dua gua yang disatukan dengan sebuah pintu tengah berukuran kecil. Gua pertama berperan sebagai ruangan untuk menampung sanak saudara yang datang meratapi almarhum. Dalam gua kedua ditaruh jenazah. Pintu masuk makam ditutup dengan sebuah batu bundar yang dapat digulingkan ke samping berkat adanya sebuah parit kecil khusus di bawah batu itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bukit Golgota sendiri, tempat Yesus disalibkan, serta makam Yesus, sejak dahulu kala dipandang oleh umat Kristen sebagai tempat-tempat suci. Justru karena itulah 100 tahun sesudah Yesus disalibkan, Kaisar Hadrianus yang bersikap sangat anti Kristen, menyuruh menutupinya dengan bangunan Kapitol.

Demikianlah keadaannya hingga awal abad IV. Pada tahun 326, setahun sesudah Konsili Nikea, tempat-tempat suci itu dibuka kembali setelah bangunan-bangunan Roma dirubuhkan. Lalu, pada tahun 335 didirikan sebuah basilika indah yang disebut Basilica Constantina (dari nama Kaisar Konstantinus). Basilika yang pertama itu terdiri dari 3 bagian : [1] Anastasis, yaitu bangunan makam kosong dalam bentuk rotunda, [2] Taman Yusuf dari Arimatea berbentuk pelataran (Kalvari ada di sudut selatannya); [3] Martyrion, yaitu basilika luas untuk liturgi.

Berkat laporan-laporan peziarah zaman dulu dan berkat penggalian, bentuk basilika pertama itu diketahui dengan baik. Boleh disyukuri bahwa pada waktu mendirikan kuil demi penghormatan dewa-dewa Romawi di tempat Kalvari, Kaisar Hadrianus tidak meratakan gunung batu, dimana pada waktu itu masih terdapat banyak kuburan kuno. Ia hanya sedikit meratakan daerah itu, lalu menimbuninya dengan banyak tanah. Dengan demikian selamatlah semua kuburan kuno itu. Bangunan basilika yang didirikan oleh Kaisar Konstantinus mengalami kerusakan berat pada tahun 614, ketika Yerusalem diserang oleh tentara Khosroes II dari Persia. Tidak lama kemudian bangunan itu diperbaiki berkat sumbangan umat Kristen. Dalam abad IX, tepatnya pada tahun 1009, bangunan itu dirusak lagi atas perintah Kalif Al-Hakim. Rekonstruksinya selesai pada tahun 1048, tetapi bentuknya tidak pernah seperti dulu. Para pejuang Perang Salib memasuki kota Yerusalem pada tanggal 15 Juli 1099. Mereka tidak senang dengan bentuk basilika, sehingga mulai mengubahnya. Mereka menyelesaikan pekerjaan itu pada tahun 1149. Basilika Makam Suci luput dari banyak kerusakan berkat usaha giat para biarawan OFM yang dua kali mengadakan renovasi-renovasi besar-besaran, tepatnya pada tahun 1555 dan 1719. Pada tahun 1808, bagian Basilika Makam Suci yang diurus oleh Gereja Ortodoks Yunani, rusak berat karena kebakaran. Bagian itu dibangun kembali, tetapi banyak unsur (kapel, kuburan, dekorasi, tulisan-tulisan Latin) yang berhubungan dengan Gereja Katolik, disingkirkan sehingga hasil renovasinya sangat mengecewakan. Gempa bumi pada tahun 1927 sangat memperlemah konstruksi lama, sehingga seluruh bangunan terpaksa diperkuat secara darurat dengan besi. Usaha renovasi berlangsung sampai sekarang.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sejak dahulu kompleks suci di Golgota diurus oleh beberapa denominasi Kristen. Namun satu pun dari mereka sejak dulu tidak pernah mengurus hak miliknya, sehingga sampai sekarang berlaku ketetapan Sultan dari tahun 1757. Dalam ketetapan itu ditegaskan bahwa tidak boleh diadakan perubahan apapun dalam hak pemilikan maupun dalam pelaksanaan ibadah. Pada masa kini Basilika Makam Suci diurus oleh Gereja Katolik (OFM), Gereja Ortodoks Yunani dan Gereja Armenia. Ketiga denominasi ini memiliki kediamannya sendiri serta kapel-kapel sendiri dan sekaligus menjadi pemilik bersama bagian-bagian utama basilika, di mana secara bergilir dan pada jam-jam tertentu (siang dan malam) diadakan ibadah. Wakil-wakil Gereja Yakobit dari Siria dan Gereja Etiopia boleh mengadakan ibadahnya pada hari-hari raya saja. Gereja Kopt memiliki sejumlah ruangan dan berhak mengadakan ibadah dalam kapelnya sendiri di belakang kapel Makam Suci pada hari-hari tertentu saja. Hak masing-masing denominasi berkaitan dengan pemakaian lampu, benda-benda gerejawi, lukisan dan kaki dian, khususnya dengan reparasinya. Status quo ini bertahun-tahun lamanya melumpuhkan segala usaha yang bertujuan merenovasikan obyek-obyek suci itu secara menyeluruh.

Jalan Penderitaan Yesus (2)

http://www.holyland-tour.com/images/viadolorosa_map.gifJuga disebut Jalan Salib atau Jalan Kesengsaraan, jalan yang dilalui TUHAN YESUS dari tempat pengadilan Pontius Pilatus sampai ke Bukit Golgota. Yesus berjalan dengan memikul salib dan jatuh berulang kali. Di jalan ini YESUS bertemu Simon orang Kirene yang dipaksa oleh tentara Romawi memikul Salib Tuhan Yesus ( Markus 15: 20b ).
 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Halaman Depan Basilika
Halaman Basilika Makam Suci panjangnya 25 m dan lebarnya 17 m. Di sebelah barat / kiri halaman itu ada 3 kapel, yaitu : Kapel St. Yakobus (untuk ritus Bizantium Arab), Kapel St. Yohanes dan Kapel 40 Martir Suci. Di sebelah timur / kanan halaman ada : Biara Ortodoks Yunani St. Abraham, Kapel St. Yohanes untuk umat Armenia dan Kapel St. Mikhael untuk umat Kopt. Di sebelah barat menjulang menara lonceng yang didirikan pada tahun 1160-1180. Di sebelah kiri ada pula 8 anak tangga yang membawa peziarah ke kapel Bunda Maria Berdukacita (milik OFM). Hak menjaga pintu masuk halaman sejak tahun 1246 ada di tangan 2 keluarga Islam; yang satu menyimpan kuncinya, sedangkan yang lain berhak membuka pintu.

Batu Pengurapan Jenazah Yesus
Langsung setelah masuk basilika, peziarah berhadapan dengan sebuah batu berwarna merah muda (panjangnya 2.70 m, lebarnya 1.30 m, tingginya 0.30 m) yang diletakkan hampir rata dengan lantai. Batu itu mengenang peristiwa pengurapan jenazah Yesus yang dilakukan oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus terhadap jenazah Yesus. Sesuai dengan adat Yahudi, mereka mengurapinya dengan wangi-wangian dan minyak, lalu membungkusnya dengan kain kafan putih (bdk. Yoh 19:38-40). Kini batu pengurapan itu menjadi milik bersama Gereja Katolik, Ortodoks Yunani, Armenia dan Kopt. Masing-masing denominasi di sini memiliki 8 lampu dan kaki dian yang berdiri di sekeliling batu tersebut. Kaki dian bertuliskan Venezia 1878 dimiliki oleh Gereja Katolik. Dalam Injil tercatat bahwa upacara penurunan, pengurapan dan pemakaman jenazah Yesus disaksikan oleh beberapa wanita saleh. Tempat mereka berdiri, ditandai dengan sebuah batu bundar yang terletak 12 m dari batu pengurapan tadi. Batu ini milik Gereja Armenia. Berdekatan dengan batu bundar itu ada tangga yang membawa peziarah ke lantai atas; di situ ada kapel dan sebuah ruangan tinggal milik Gereja Armenia pula.

Anastasis (Kebangkitan)
Setelah melewati batu bundar tadi, peziarah belok  kiri, melewati dua tiang besar, lalu memasuki bagian yang dinamakan Anastasis. Di bagian pusatnya terletak Kapel Makam Suci yang sekaligus merupakan Stasi XIV Jalan Salib (Yesus dimakamkan). Kubah di atasnya, yang berkonstruksi baja, berasal dari tahun 1868. Kapel ini panjangnya 8.30 m. Lebar dan tingginya sama, yaitu 5.90 m. Di dalam kapel terdapat banyak lampu perak. Pada bagian masuknya tergantung tiga lukisan yang menggambarkan kebangkitan Yesus. Yang pertama, paling atas, adalah milik Gereja Katolik, yang kedua, dimiliki oleh Gereja Ortodoks, dan yang ketiga - oleh Gereja Armenia. Setelah masuk ke dalam, peziarah berada di Kapel Malaikat (3.40m x 3.90 m). Sebab pada hari kebangkitan, malaikat Tuhan sambil duduk di atas batu yang sudah terguling, menyampaikan kepada para wanita berita tentang Yesus yang sudah bangkit. Setelah masuk kdalam lagi, peziarah melewati pintu sempit (tingginya 1.33 m) yang mengantarkan ke dalam Kapel Makam Suci yang sebenarnya. Ukurannya : 2.07 m x 1.93 m. Bangku marmer di sebelah kanan pangjangnya 2.02 m, 93 cm lebar dan 66 cm tinggi. Inilah tempat jenazah Yesus diletakkan. Batu cadas yang asli kini ditutup dengan marmer. Pada altar marmer kecil di tengah gang, liturgi dirayakan pada pukul 13.00 oleh wakil Gereja Ortodoks. Oleh Gereja Armenia, liturgi suci dirayakan pada pukul 14.00. Pada pukul 16.00-17.00 misa meriah dirayakan oleh wakil Gereja Katolik (OFM). Ketiga denominasi ini menjaga Kapel Makam Suci. Masing-masing memiliki lukisan, lampu (jumlahnya : 43) dan kaki dian sendiri-sendiri. Lukisan di sebelah kiri adalah milik gereja Katolik, demikan pun kaki dian bertuliskan Venezia 1877, sedangkan lukisan tengah adalah milik Gereja Ortodoks, dan lukisan di selbelah kanan milik Gereja Armenia. Di belakang Kapel Makam Suci ada kapel umat Kopt. Mereka memilikinya sejak tahun 1537. Sambil berjalan ke arah barat laut, peziarah memasuki sebuah ruangan gelap, lalu kapel milik umat Yakobit-Siria. Tempat masuk yang rendah dan sempit mengarah ke dalam ruangan makam yang secara populer disebut Kuburan Yusuf dari Arimatea (inilah satu-satunya ruangan di basilika yang dimilik oleh umat Etiopia). Kuburan Yahudi ini merupakan bukti nyata tentang keaslian Makam Suci Yesus serta bukti bahwa Golgota memang terletak di luar tembok kota Yerusalem. Sambil mengarah ke utara dan setelah melewati empat tiang, peziarah sampai ke ruangan yang dulu dipakai sebagai Kapel Bunda Maria. Adapun di situ tempat yang bernama Kolam / Bak St. Helena. 
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kapel St.Maria Magdalena
Di sekitar Makam Suci dulu terletak Taman Yusuf dari Arimatea. Di situlah, pagi-pagi pada hari kebangkitan Yesus, berjalan Maria Magdalena sambil menangis, karena melihat makam Tuhan sudah terbuka dan kosong. Saat itu ia mendengar suara, Ibu, mengapa menangis ? Ia menoleh ke belakang dan melihat seorang yang berdiri tidak jauh daripadanya. Karena menyangka bahwa orang itu adalah penunggu taman, ia berkata kepadanya, Pak, kalau Bapak yang memindahkan dia dari sini, tolong katakan kepada saya di mana Bapak menaruh dia, supaya saya dapat mengambilnya. Seketika itu juga Yesus menyatakan diriNya dan memanggilnya dengan namanya, Maria ! Maria menjawab, Rabuni !, artinya Guru, lalu dengan penuh sukacita berlari untuk sujud di dekat kaki Yesus (bdk. Yoh 20:11-18). Peristiwa ini digambarkan oleh pelukis Kuba Del Rio pada tahun 1855 di Kaple St. Maria Magdalena yang ada di sebelah timur laut basilika.

   
Kapel Penampakan Yesus Pada Bunda Maria
Dari kapel St. Maria Magdalena, dengan melewati dua tangga, peziarah dapat memasuki kapel milik OFM yang mengenang penampakan Yesus sesudah kebangkitannya kepada Bunda Maria. Injil sama sekali tidak menceritakan penampakan ini, tetapi tradisi meyakininya sejak dahulu. Dalam altar utama di kapel ini tersimpan Sakramen Mahakudus, dan para biarawan OFM siang malam mengadakan ibadah di tempat ini. Pada altar samping tampak sebuah tiang patah (tingginya 75 cm) yang berabad-abad lamanya dihormati sebagai Tiang Penyesahan Yesus. Di belakang kapel ini terletak biara kecil para biarawan OFM yang bertugas di basilika. Setelah keluar dari kapel Penampakan, dengan mengarah ke timur, peziarah melewati 7 lengkungan yang dinamakan Lengkungan-lengkungan Perawan Suci. Di bagian ini dapat dilihat sejumlah tiang dan lengkungan kuno sekali. Di ujungnya terdapat Penjara Kristus, sebab disitulah, di dalam kurungan, Yesus konon menunggu saat eksekusi. Dengan melanjutkan perjalanan, peziarah sampai ke Kapel St. Longinus, serdadu Romawi yang membuka lambung Yesus, sehingga keluarlah darah dan air (bdk. Yoh 19:34). Tidak jauh dari situ ada Kapel Pembagian Pakaian milik Gereja Armenia. Para serdadu Roma membuang undi untuk menentukan siapa dari mereka berhak atas pakaian Yesus (bdk. Yoh 19:23-24).

   
Kapel St.Helena
Setelah melewati Kapel Pembagian Pakaian, lewat tangga, peziarah turun ke Kapel Salib Suci yang bernama Kapel St. Helena pula. Kapel ini milik Gereja Armenia. Altar tengah dipersembahkan kepada St. Helena, ibunda Kaisar Konstantin, yang pada abad IV giat mencari tempat-tempat yang berhubungan dengan sengsara Yesus serta menemukan salibNya. Altar di sebelah kiri dipersembahkan kepada St. Dismas, penyamun yang baik, yang dari mulut Yesus sendiri mendengar janji-Nya, Percayalah, hari ini engkau akan bersama aku di Firdaus (Yoh 23:43).


Kapel Penemuan Salib     
Kapel ini dapat dicapai dengan menuruni tangga di sebelah kanan Kapel St. Helena. Di sebuah tempat penampungan air yang sudah tidak dipakai, pada awal abad IV ditemukan salib-salib dari zaman Yesus dihukum mati. Ratu Helena dan uskup Yerusalem Makarios mengenali salib Yesus berkat penyembuhan ajaib seorang wanita yang sedang menghadapi ajalnya dan diletakkan di atas salib asli Yesus. Kapel ini adalah milik Gereja Katolik. Di atas altar ada patung St. Helena. Tempat ditemukannya salib Yesus ada di sebelah kanan altar itu.
Kapel ini dapat dicapai dengan menuruni tangga di sebelah kanan Kapel St. Helena. Di sebuah tempat penampungan air yang sudah tidak dipakai, pada awal abad IV ditemukan salib-salib dari zaman Yesus dihukum mati. Ratu Helena dan uskup Yerusalem Makarios mengenali salib Yesus berkat penyembuhan ajaib seorang wanita yang sedang menghadapi ajalnya dan diletakkan di atas salib asli Yesus. Kapel ini adalah milik Gereja Katolik. Di atas altar ada patung St. Helena. Tempat ditemukannya salib Yesus ada di sebelah kanan altar itu.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kapel Penghinaan
Stasi X dan XI terdapat di kapel Kalvari pertama, di sebelah kanan, yang diurus oleh para biarawan OFM. Peristiwanya digambarkan pada lukisan di altar. Di dalam kapel ini terdapat tiga mosaik yang menggambarkan penyaliban Yesus, wanita-wanita saleh bersama Yohanes memandang Yesus yang sudah disalibkan dan pengorbanan Ishak, lambang Kristus. Pada enam lukisan digambarkan berbagai adegan sengsara Yesus. Pada dian-dian kaki dari perunggu pun digambarkan macam-macam adegan Jalan Salib Yesus.


   
Kavalri / Golgota     
Tempat ini terletak 5 m di atas lantai basilika. Ukurannya 11.45 m x 9.5 m. Dua tiang besar membagikan tempat ini atas dua ruangan mirip kapel. Di dalamnya terdapat Stasi X (Pakaian Yesus ditanggalkan) dan Stasi XI Jalan Salib (Yesus dipaku pada kayu salib), sesuai dengan lukisan-lukisan pada altarnya. Tembok tempat ini dibuat dari marmer, sedangkan langit-langitnya dihiasi dengan mosaik indah yang menggambarkan penyaliban Yesus, wanita-wanita saleh bersama St. Yohanes yang memandang Yesus di salib. Ada pula mosaik yang menggambarkan pengorbanan Ishak yang melambangkan Kristus. Altar berasal dari tahun 1588. Pada 6 papan lukisan digambarkan berbagai adegan Sengsara Yesus. Bagian kiri tempat ini adalah milik Gereja Ortodoks. Letaknya tepat di atas cadas, di mana berdiri salib Yesus. Di bawah altar ada sebuah pelat perak dengan lubang di tengahnya yang menunjukkan tempat salib Yesus tertancap. Di sebelah-menyebelah altar terdapat dua pelat bundar dari marmer yang menunjukkan tempat berdirinya salib kedua penyamun yang disalibkan bersama Yesus (bdk. Mat 27:38; Mrk 15:27; Luk 23:32-33; Yoh 19:18). Di samping altar ditunjukkan pula celah cadas yang terbentuk pada saat kematian Yesus, setelah bumi bergetar dan gunung-gunung batu terbelah (Mat 27:51). Di depan altar terdapat Stasi XII Jalan Salib (Yesus wafat di salib), sedangkan Stasi XIII (Jenazah Yesus diturunkan) ialah sebuah altar kecil yang terletak antara kedua kapel ini; altar ini dipersembahkan kepada Bunda Maria Berdukacita dan disebut pula Stabat Mater. Altar ini adalah milik Gereja Katolik; para biarawan OFM setiap hari mempersembahkan misa di sini. Pada dasar altar ini terdapat sebuah teralis artistik; padanya digambarkan semua alat Sengsara Yesus serta kata-kata yang diucapkan oleh Yesus di salib.
Tempat ini terletak 5 m di atas lantai basilika. Ukurannya 11.45 m x 9.5 m. Dua tiang besar membagikan tempat ini atas dua ruangan mirip kapel. Di dalamnya terdapat Stasi X (Pakaian Yesus ditanggalkan) dan Stasi XI Jalan Salib (Yesus dipaku pada kayu salib), sesuai dengan lukisan-lukisan pada altarnya. Tembok tempat ini dibuat dari marmer, sedangkan langit-langitnya dihiasi dengan mosaik indah yang menggambarkan penyaliban Yesus, wanita-wanita saleh bersama St. Yohanes yang memandang Yesus di salib. Ada pula mosaik yang menggambarkan pengorbanan Ishak yang melambangkan Kristus. Altar berasal dari tahun 1588. Pada 6 papan lukisan digambarkan berbagai adegan Sengsara Yesus. Bagian kiri tempat ini adalah milik Gereja Ortodoks. Letaknya tepat di atas cadas, di mana berdiri salib Yesus. Di bawah altar ada sebuah pelat perak dengan lubang di tengahnya yang menunjukkan tempat salib Yesus tertancap. Di sebelah-menyebelah altar terdapat dua pelat bundar dari marmer yang menunjukkan tempat berdirinya salib kedua penyamun yang disalibkan bersama Yesus (bdk. Mat 27:38; Mrk 15:27; Luk 23:32-33; Yoh 19:18). Di samping altar ditunjukkan pula celah cadas yang terbentuk pada saat kematian Yesus, setelah bumi bergetar dan gunung-gunung batu terbelah (Mat 27:51). Di depan altar terdapat Stasi XII Jalan Salib (Yesus wafat di salib), sedangkan Stasi XIII (Jenazah Yesus diturunkan) ialah sebuah altar kecil yang terletak antara kedua kapel ini; altar ini dipersembahkan kepada Bunda Maria Berdukacita dan disebut pula Stabat Mater. Altar ini adalah milik Gereja Katolik; para biarawan OFM setiap hari mempersembahkan misa di sini. Pada dasar altar ini terdapat sebuah teralis artistik; padanya digambarkan semua alat Sengsara Yesus serta kata-kata yang diucapkan oleh Yesus di salib.

 
Kapel Adam
Menurut legenda abad I, Adam, manusia pertama, dikuburkan di Kalvari. Ketika Yesus wafat, darahNya mengaliri tengkorak Adam, sambil meniadakan noda dosa. Legenda ini menjadi alasan mengapa tengkorak manusia dilukiskan pada gambar penyaliban Yesus. Tengkorak itu melambangkan seluruh umat manusia. Di balik altar yang dibuat di Kalvari untuk menghormati Melkisedek, terdapat Kapel Adam.

Bagian Sentral Basilika Makam Suci
Bagian ini dulu dipakai oleh para rohaniwan-pemelihara Makam Suci. Dari semua sudut bagian ini kini dikelilingi oleh tembok sehingga terpisah dari sisa bangunan. Bagian ini menjadi milik Gereja Ortodoks; mereka menyesuaikannya dengan tuntutan-tuntutan liturginya, sehingga sangat terhias, dan kontras sekali

MAKAM KUDUS DAN KEBANGKITAN JESUS

STASIUN XIV MAKAM KUDUS DAN KEBANGKITAN JESUS













Stasion XIV Makam Kudus: Tubuh Yesus diletakkan di makam Yusuf dari Arimatea sebagai makam Yesus.



Gb 47 Stasiun XIV: The Tomb of Yesus atau Makam Yesus di Rotunda Anastasia dari Gereja Makam Suci, di mana sebuah atrium kecil atau ruang tamu, dikenal sebagai Kapel Angle[Kapel Malaikat], membuka ke dalam kubur itu. Masuk Kapel Malaikat dengan naik tangga dan pintu masuk muat satu orang, keluar Makam dengan jalan mundur tetap menghadap pintu Makam Suci.














Gb. 48 Stasiun XIV Makam Suci: Foto diambil/shot : Ikon Yesus Kristus di kayu salib adalah di Kapel Malaikat, Makam Yesus dengan label di atas kayu Salib kata INRI [IESUS NAZARENUS REX IUDEORUM], yang berarti YESUS DARI NASARET RAJA JAHUDI [Matius 27: 37, Markus 15: 26; Lukas 23: 38; Yohanes 19: 19], ruangan yang pencahayaan atau iluminasi dengan lilin, tidak ada lampu listrik.








undefined





Gb. 49 Stasiun XIV: Foto shot/diambil di Kapel Malaikat dengan bunga-bunga indah, tubuh Yesus adalah di sisi kanan, perhatikan lampu dengan lilin tidak ada lampu listrik.

















Gb. 50 Stasiun XIV: Foto diambil/shot: Bunga yang indah, dan gambar Yesus memakai Mahkota Duri [Thorn Crown] sekitar kepala berada di atas bunga di Kapel Malaikat




















Gb. 51 Station XIV: Foto diambil/shot gambar Perawan Maria, Ibu Yesus, dia tampak tenang dan sedih di Kapel Malaikat, perhatikan pencahayaan dengan lilin dan kuning cerah gambar di atas Maria adalah refleksi cahaya lampu kilat kamera.


















Gb. 52 Stasiun XIV: Kebangkitan Yesus, foto diambil/shot gambar: Icon Malaikat dengan dua tentara atau Pengawal Roma di bawah Malaikat [Angel] "Dan, lihatlah, ada gempa bumi yang besar, karena malaikat Tuhan turun dari langit, dan datang dan mengguling batu dari pintu, dan duduk di atasnya Adapun rupanya seperti kilat,. Dan pakaian-Nya putih seperti salju: Dan karena takut penjaga tidak bergerak, dan menjadi seperti orang mati ". [Matius 28: 2-4]











undefined





Gambar 53 Kebangkitan Yesus: Foto diambil/shot pada sisi belakang Makam Yesus, yang ditulis:


DIA TIDAK DI SINI - KARENA DIA SUDAH BANGKIT [Matius 28: 6 Markus 16: 6; Lukas 24: 6]










Gb. 54 Kebangkitan Yesus: Pada hari pertama minggu itu Maria Magdalena pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.[John 20: 1]
Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis…dan tampaklah dua malaikat berpakaian putih,… Kata malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Jawab Maria: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan”
Sesudah berkata demikian ia menoleh kebelakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. [John 20: 11-14]










Gb. 55 Kebangkitan Yesus: Yesus berkata kepadanya, "Ibu, mengapa engkau menangis Siapakah yang engkau cari?"

Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadanya: “Tuan, jika tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, dimana tuan letakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.”
Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani “Rabuni”, artinya Guru [John 20: 15-16]















Gb. 56 Kebangkitan Yesus oleh Mathyas Grunewald, 1515.


















Gb. 57 Kebangkitan Jesus oleh Surgunloo,2009 [public domain]






Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.[Matius 28: 18-19]













undefined





Gb. 58 Kebangkitan Jesus oleh Noel Coypel,1700.



Dan ketika mereka berbicara demikian, Yesus sendiri berdiri di tengah-tengah mereka, lalu berkata,” Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “ Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keraguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku,” [Lukas 24: 36-39]


Napak Tilas di Jalan Penderitaan

Napak Tilas di Jalan Penderitaan
undefinedVia Dolorosa adalah sebuah nama jalan di dalam kota lama Yerusalem. Ia bermula dari bekas Istana Pontius Pilatus dan berakhir di Gereja Makam Kudus yang disebut Golgota. Sebagaimana kita ketahui, kota ini terletak persis di tengah antara Israel dan Tepi Barat yang diklaim secara sepihak sebagai ibukota politik negara Israel pada tahun 1949. Kota itu terbagi dua: Yerusalem Barat yang menjadi wilayah Israel dengan penduduknya mayoritas Yahudi, dan Yerusalem Timur yang terus diperebutkan hingga kini dan dihuni oleh orang-orang Arab Palestina.

Kota lama yang penuh mozaik spiritual itu berada di wilayah Yerusalem Timur. Israel terus menerus berusaha baik secara politik maupun sosial melakukan ekspansi ke wilayah itu dengan strategi secara sosio-historis terbagi empat berdasarkan etnis dan komunitas mayoritas yang telah menghuni tempat itu ratusan tahun, yakni wilayah Yahudi, Arab (Muslim), Kristen, dan Armenian.

Via Dolorosa memang jalan yang padat dan supersibuk karena berada di dalam wilayah pasar orang-orang Arab Palestina yang mirip suasana Pasar Johar Semarang. Di sepanjang jalan terdapat toko-toko kelontong, buah-buahan dan barang kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi yang paling menonjol adalah toko barang-barang antik dan suvenir. Dapat dikatakan bahwa jalan itu sebenarnya merupakan gang sempit yang membelah pasar dan pertokoan wilayah Arab Palestina.

Peziarah yang melalui jalan itu harus berhati-hati karena jalanan yang lebarnya cuma tiga meter itu semakin dibuat sempit oleh aneka dagangan yang terkadang menjorok ke badan jalan, baik yang digelar di bawah maupun yang digantung di atas. Tetapi kehati-hatian itu terutama dalam menjaga barang-barang berharga kita karena sebagaimana umumnya kota wisata, di sana penuh pencopet.

Kali pertama berada di jalan tersebut, saya merasakan keanehan menyaksikan beberapa peziarah berlomba menyewa salib dan mencoba melakukan napak tilas menelusuri jalan salib mulai dari stasiun pertama hingga Golgota. Di sana ada persewaan salib yang besar untuk rombongan dan yang kecil untuk dipanggul sendiri.

Berbagai hal berkecamuk di dalam pikiran saya. Apakah harus mengikuti rombongan peziarah mancanegara atau tidak? Apakah akan ikut memikul salib atau memilih jalan kaki saja sendirian?. Dan saya berada di sana, tepat di tempat dulu Yesus berdiri menerima keputusan Pilatus. Saya membuka Alkitab dan mencoba mencari kebenarannya.

Ingatan saya terbawa ke peristiwa ribuan tahun silam. Tempat saya berdiri itu bekas Praetorium, markas besar tentara Romawi, persis di sebelah istana Pontius Pilatus, pemimpin para tentara itu. Ratusan orang berkerumun. Ada yang datang dari Amerika Selatan dan juga dari Asia. Seolah-olah ada yang menggerakkan mereka untuk berkumpul bersama di sebuah kapel kecil yang diyakini menjadi tempat Pilatus mengadili Yesus dan akhirnya mencuci tangannya melepaskan diri dari pengadilan kontroversial itu.

Saya mencoba membayangkan hal itu. Pasti banyak orang berjubah yang selama ini terlihat mengajar di Sinagoge (rumah ibadah orang Yahudi). Juga terlihat beberapa pelayan Tuhan di Bait Allah. Mereka ada di barisan depan. Tentara Romawi berdiri dengan garangnya mencoba mengatur massa yang makin banyak dan berteriak-teriak. Berdesak-desakan ke depan, tepat di lapangan tempat kami semua, para peziarah sedang berdiri.

Ya, ya di sana, saya seperti berpusar-pusar dari masa lalu bergantian dengan suasana sekarang.

Bersama-sama dengan para peziarah lain, kami akan memulai satu perjalanan iman, suatu napak tilas di jalan yang pernah dilalui Yesus menuju Golgota. Para peziarah yang berasal dari bangsa-bangsa yang berbeda itu begitu ekspresif, ikut memanggul salib, dan tidak memedulikan orang lain. Sebuah tontonan yang sangat menarik, dan saya ada di dalamnya, juga ikut memanggul salib secara bergantian. Dan di jalan yang dinamakan dengan istilah Latin Via Dolorosa alias Jalan Penderitaan itu, saya mencoba merasakan penderitaan yang pernah Yesus.

Perjalanan ziarah dengan cara menelusuri Via Dolorosa sudah dimulai sejak zaman kekristenan awal dan mencapai arti pentingnya pada pertengahan abad ke-4 sewaktu Kaisar Constantine menjadikan agama Kristen sebagai agama negara. Jutaan orang setiap tahun tumpah ruah ke Palestina untuk melakukan perjalanan ziarah. Berbagai rute tradisional pernah dirancang. Tetapi rute yang akhirnya memasyarakat sampai sekarang adalah rute yang dibuat oleh para peziarah di era Byzantium, yang kemudian di tetapkan secara resmi oleh ordo Fransiskan, dengan 14 buah stasiun perhentian (14 stations of the cross) di sepanjang jalannya.

Melalui rute itu, perjalanan dimulai di daerah Muslim (Moslem Quarter) dekat Gerbang Singa, tepat di bekas Istama Pontius Pilatus (kompleks garnisun romawi), dan berakhir di Gereja Holy Sepulchre (the Church of the Holy Sepulchre) atau dikenal dengan Gereja Makam Kudus yang terletak di dalam wilayah Kristen (Christian Quarter).

Perjalanan dari tempat persidangan Pilatus menuju Golgota, menurut catatan Injil, memuat sejumlah peristiwa penting, yang menjadi titik-titik penting dalam perjalanan salib. Contohnya adalah peristiwa jatuhnya Yesus, datangnya seorang perempuan yang mengelap wajah Yesus, peralihan salib kepada Simon dari Kirene, perjumpaan Yesus dengan ibu-Nya, yang kesemuanya dicatat sebanyak 14 peristiwa. Inilah yang kemudian dikenal dengan 14 stasiun jalan salib.

Di setiap tempat di mana peristiwa itu pernah terjadi, ada petunjuk berupa pelat besi yang diberi nomor dan ada beberapa yang berupa kapel kecil. Kita tinggal mengikuti peta yang bisa dibeli seharga satu dolar AS dan berhenti sesuai petunjuk untuk berdoa di setiap stasiun.

Menariknya, sekalipun itu adalah daerah Arab Palestina, ada toleransi yang sangat besar di sana. Ada beberapa stasiun yang terletak di tempat sempit di mana ketika terjadi desak-desakan antara peziarah dan penduduk Arab yang sedang belanja, mereka rela menunggu kita selesai berdoa bahkan memberi jalan. Bahkan ada sebuah stasiun yang persis berada di depan kantor sebuah Organisasi Muslim Palestina. Mereka sama sekali tidak terganggu dengan suasana ruhaniah para peziarah saat berhenti di stasiun tersebut.

Sayang sekali, tidak semua jalur itu bisa dilalui. Seiring dengan bongkar pasang di jalur padat hunian itu, ada beberapa stasiun yang tidak bisa dilalui lagi karena di atasnya sudah berdiri pemukiman. Demikian juga dengan pemilihan waktu ziarah, sangat dianjurkan untuk melakukan perjalanan di pagi hari, di saat pasar belum buka dan toko-toko belum menggelar barang dagangannya. Pada saat itu, keadaan jauh lebih tenang dan kita punya banyak waktu pribadi untuk beribadah.

Di ujung jalan yang sebetulnya tidak terlalu panjang itu, perjalanan berakhir di sebuah tempat yang dinamakan Holy Sepulchre Church atau Gereja Makam Kudus. Di sanalah secara diyakini Yesus mengakhiri perjalanannya: Golgotha.

Kekudusan Gereja Makam Kudus

Ujung Via Dolorosa adalah tempat yang disebut dengan Golgotha, sebuah bukit yang menjadi tempat penyaliban Yesus. Tempat itu saat ini sama sekali tidak lagi berbentuk bukit walau posisinya berada di ketinggian. Di sana ada gereja yang dibangun berabad-abad silam dan masih berdiri sampai sekarang. Menurut tradisi kristiani, gereja itu dibangun oleh Kaisar Konstantine sekitar tahun 325-335 Masehi untuk memperingati Kebangkitan Yesus.

Konstantine adalah kaisar Romawi yang menjadi pemeluk agama Kristen. Di tempat itu pulalah, Ratu Helena, ibunda sang kaisar, pernah datang berziarah, dan berperanan penting di dalam mendorong Konstantine mengambil keputusan untuk menyelamatkan tempat-tempat suci di Yerusalem dengan membangun gereja di atasnya. Konon, di tempat itu pulalah sang ratu menemukan potongan dari kayu Salib yang digunakan untuk menyalibkaan Yesus yang keberadaannya hingga kini tidak lagi diketahui.

Tetapi ada satu bagian dari gereja ini yang posisinya lebih tinggi dari lantai utama, yang merupakan puncak sebuah batu karang. Menurut tradisi kristiani, batu karang itu masih menyimpan lubang tempat salib ditancapkan. Untuk menggapai lubang itu, pihak gereja membangun sebuah altar di atasnya dan kita perlu berjongkok mengulurkan tangan ke dalam untuk menjamah batu karang itu. Agak lama saya memegang batu dalam lubang itu. Dan karena ini merupakan perjalanan keimanan, maka kekuatan spiritual itu hanya saya rasakan secara pribadi.

Gereja itu berada di wilayah Kristen dan menjadi salah satu bangunan yang paling disucikan di sana. Paling tidak ada tiga tempat penting di dalam gereja itu yakni, Golgota, altar batu tempat jenazah Yesus dibaringkan setelah diturunkan dari salib, dan makam kudus tempat Yesus dikuburkan.

Gereja itu lumayan besar. Masing-masing punya bagian sendiri tergantung peristiwa yang terjadi di dalamnya. Altar tempat lubang salib berada di tempat paling tinggi di sebelah kanan pintu masuk. Kita harus naik tangga yang agak curam untuk sampai di atas. Altar batu tempat meletakkan jenazah berada persis di depan pintu masuk. Banyak peziarah Katolik khusyuk berdoa di tempat itu.

Saat memasuki pintu gereja, aroma rempah-rempah yang muncul di atas altar batu tersebut, sudah tercium. Padahal di altar itu, hampir setiap peziarah menempatkan baju atau sapu tangan untuk menyerap aroma rempah-rempah kuno yang dulu digunakan untuk memoles jenazah Yesus.

Entah kenapa, bau batu itu tidak pernah berkurang. Di sebelah kiri pintu masuk, pada bagian belakang gereja, terdapat satu kompleks altar berbentuk cungkup batu yang punya pintu sempit dan kecil. Kita harus menunduk untuk memasuki ruangan gua sempit yang hanya dapat menampung maksimal enam orang.

Tidak dapat berlama-lama di sana karena seorang biarawan Katolik siap menegur dengan keras jika melewati batas waktu demi memberi giliran pada yang lain. Itu adalah kuburan yang diyakini menjadi tempat meletakkan jenazah Yesus ribuah tahun silam, sekaligus tempat Dia mengalami kebangkitan. Tempat itu sangat dijaga kekudusannya. Peziarah atau wisatawan yang masuk ke dalam gedung gereja harus memakai pakaian yang menutup semua bagian badannya. Wanita dengan rok mini atau memakai baju dengan anggota badan yang terbuka akan diusir keluar.

Basilika Konstantine pernah terbakar sewaktu tanah suci dikuasai oleh Persia pada tahun 614 Masehi tetapi pada tahun 630, kembali di bangun oleh Kaisar Heraklius. Pada waktu tempat itu jatuh ke tangan kaum Muslim, gereja ini tetap dipertahankan bentuknya dan diakui sebagai sarana ibadah Kristiani. Berkali-kali, seiring dengan berubahnya penguasa Yerusalem, penguasaan terhadap gereja itu berpindah tempat. Juga berkali-kali dihancurkan dan dibangun kembali.

Dalam bentuknya yang sekarang, gereja itu adalah hasil renovasi dengan bangunan permanen yang sangat megah dan memberi ruang bagi wisatawan yang melakukan ibadah. Di sana terdapat pemuka Katolik yang memimpin ibadah setiap hari dan kita dapat mengikutinya. Untunglah pada waktu saya ke sana, ibadah sudah selesai sehingga dapat memasuki tempat-tempat itu dengan leluasa. Sungguh sebuah perjalanan spiritual yang tiada tara.

Santa Perawan Maria Bunda Allah

oleh: Paus Yohanes Paulus II
Audiensi Umum, 27 November 1996
undefined
1. Renungan akan misteri kelahiran sang Juruselamat telah menghantar umat Kristiani bukan hanya untuk mengenali Santa Perawan sebagai Bunda Yesus, melainkan juga untuk mengenalinya sebagai Bunda Allah. Kebenaran ini telah ditegaskan serta diterima sebagai harta warisan iman Gereja sejak dari abad-abad awal kekristenan, hingga akhirnya secara resmi dimaklumkan dalam Konsili Efesus pada tahun 431.

Dalam komunitas Kristiani yang pertama, sementara para murid semakin menyadari bahwa Yesus adalah Putra Allah, menjadi semakin nyatalah bahwa Bunda Maria adalah Theotokos, Bunda Allah. Inilah gelar yang tidak muncul secara eksplisit dalam ayat-ayat Injil, tetapi dalam ayat-ayat tersebut “Bunda Yesus” disebutkan dan ditegaskan bahwa Yesus adalah Allah (Yoh 20:28; bdk. 5:18; 10:30, 33). Bunda Maria dihadirkan sebagai Bunda Imanuel, yang artinya “Tuhan beserta kita” (bdk. Mat 1:22-23).

Telah sejak dari abad ketiga, seperti dapat disimpulkan dari suatu kesaksian tertulis kuno, umat Kristiani Mesir telah mendaraskan doa ini kepada Bunda Maria, “Kami bergegas datang untuk mohon perlindunganmu, ya Bunda Allah yang kudus, janganlah kiranya engkau mengabaikan permohonan dalam kesesakan kami, tetapi bebaskanlah kami dari segala yang jahat, ya Santa Perawan yang mulia” (dari Buku Ibadat Harian). Istilah Theotokos muncul secara eksplisit untuk pertama kalinya dalam kesaksian kuno ini.

Dalam mitos kafir, seringkali terjadi bahwa seorang dewi tertentu dihadirkan sebagai ibunda dari beberapa dewa. Sebagai contoh, dewa tertinggi, Zeus, memiliki dewi Rhea sebagai ibundanya. Konteks ini mungkin mendorong umat Kristiani untuk mempergunakan gelar “Theotokos”, “Bunda Allah”, bagi Bunda Yesus. Namun demikian, patut dicatat bahwa gelar ini tidak ada sebelumnya, melainkan diciptakan oleh umat Kristiani guna mengungkapkan suatu keyakinan yang tidak ada hubungannya dengan mitos kafir, yaitu keyakinan akan perkandungan Dia, yang senantiasa adalah Sabda Allah yang kekal, dalam rahim Maria yang perawan.

Konsili Efesus memaklumkan Bunda Maria sebagai Bunda Allah

2. Dalam abad keempat, istilah Theotokos biasa dipergunakan baik di Gereja Timur maupun Barat. Devosi dan teologi merujuk lebih dan lebih banyak lagi pada istilah ini, yang sekarang telah menjadi bagian dari warisan iman Gereja.

Oleh karenanya, orang dapat memahami gerakan protes besar yang muncul dalam abad kelima ketika Nestorius menyatakan keraguannya atas kebenaran gelar “Bunda Allah”. Sesungguhnya, berkeyakinan bahwa Bunda Maria hanyalah bunda dari Yesus manusia, ia bersikukuh bahwa “Bunda Kristus” adalah satu-satunya istilah yang benar secara doktrin. Nestorius dihantar pada kesalahan ini karena ketakmampuannya mengakui keutuhan pribadi Kristus dan karena tafsirannya yang salah dalam membuat pemisahan kedua kodrat - kodrat ilahi dan kodrat manusiawi - yang ada dalam Kristus.

Pada tahun 431, Konsili Efesus mengutuk thesisnya dan, dengan menegaskan kodrat ilahi dan kodrat manusiawi dalam satu pribadi Putra, memaklumkan Bunda Maria sebagai Bunda Allah.

3. Sekarang, kesulitan-kesulitan dan keberatan-keberatan yang diajukan oleh Nestorius memberi kita kesempatan untuk melakukan refleksi-refleksi yang berguna demi pemahaman dan penafsiran yang benar atas gelar ini. Istilah Theotokos, yang secara harafiah berarti, “ia yang telah melahirkan Allah,” secara sepintas dapat mengejutkan; sesungguhnya malahan membangkitkan pertanyaan seperti, bagaimana mungkin seorang manusia ciptaan melahirkan Allah. Jawaban atas iman Gereja sangat jelas: Keibuan ilahi Bunda Maria mengacu hanya pada kelahiran Putra Allah sebagai manusia, tetapi bukan pada kelahiran ilahi-Nya. Putra Allah dilahirkan dalam kekekalan oleh Allah Bapa, dan sehakikat dengan-Nya. Bunda Maria, tentu saja tidak ambil bagian dalam kelahiran dalam kekekalan ini. Tetapi, Putra Allah mengambil kodrat manusiawi kita 2000 tahun yang lalu dan dikandung serta dilahirkan oleh Perawan Maria.  

Dengan memaklumkan Bunda Maria sebagai “Bunda Allah”, Gereja bermaksud untuk menegaskan bahwa ia adalah “Bunda dari Inkarnasi Sabda, yang adalah Allah.” Sebab itu, keibuannya tidak diperluas pada keseluruhan pribadi Tritunggal Mahakudus, melainkan hanya pada Pribadi Kedua, Allah Putra, yang dalam berinkarnasi mengambil kodrat manusiawi-Nya dari Maria.

Keibuan merupakan suatu hubungan dari pribadi ke pribadi: seorang ibu bukanlah sekedar ibu ragawi atau ibu secara fisik belaka dari makhluk yang dilahirkan dari rahimnya, melainkan ibu dari pribadi yang dilahirkannya. Karenanya, dengan melahirkan, menurut kodrat manusiawi-Nya, pribadi Yesus, yang adalah pribadi Allah, Bunda Maria adalah Bunda Allah.

Kesediaan Santa Perawan mengawali Peristiwa Inkarnasi

4. Dalam memaklumkan Bunda Maria sebagai “Bunda Allah”, Gereja dalam satu ungkapan menyatakan imannya akan Putra dan Bunda. Kesatuan ini telah dilihat dalam Konsili Efesus; dalam mendefinisikan keibuan ilahi Bunda Maria, para Bapa Gereja bermaksud menegaskan keyakinan mereka akan keilahian Kristus. Walau menghadapi banyak keberatan, baik dulu maupun sekarang, mengenai tepat atau tidaknya dalam menggelari Bunda Maria dengan gelar ini, umat Kristiani sepanjang jaman, dengan menafsirkan secara tepat makna keibuan ini, telah mengungkapan secara istimewa iman mereka akan keilahian Kristus dan akan kasih mereka kepada Santa Perawan.  

Di satu pihak, Gereja memaklumkan Theotokos sebagai jaminan atas realita Inkarnasi sebab - seperti dinyatakan St Agustinus - “jika Bunda fiktif, maka daging akan juga fiktif … dan merupakan corengan terhadap Kebangkitan” (in evangelium Johannis tractatus, 8, 6-7). Di lain pihak, Gereja juga mengkontemplasikan dengan penuh kekaguman dan merayakannya dengan penghormatan anugerah agung luhur yang dianugerahkan kepada Bunda Maria oleh Ia yang menghendaki untuk menjadi Putranya. Ungkapan “Bunda Allah” juga menunjuk pada Sabda Allah, yang dalam Inkarnasi merendahkan diri dalam rupa manusia guna meninggikan manusia sebagai anak-anak Allah. Tetapi dalam terang martabat luhur yang dianugerahkan kepada Perawan dari Nazaret, gelar ini juga memaklumkan kemuliaan wanita dan panggilannya yang luhur. Sesungguhnya, Tuhan memperlakukan Bunda Maria sebagai pribadi yang bebas dan bertanggung jawab dan tidak mewujud-nyatakan Inkarnasi PutraNya hingga setelah Ia memperoleh kesediaannya.

Mengikuti teladan umat Kristiani perdana dari Mesir, kiranya umat beriman mempercayakan diri kepada dia yang, sebagai Bunda Allah, dapat memperolehkan dari Putra Ilahinya rahmat pembebasan dari yang jahat dan keselamatan kekal.

Kontroversi Makam Yesus

undefined

Baru-baru ini di situs www.discovery.com ditampilkan penemuan situs makam Yesus dan Keluarga Kudus. Penemuan itu tepatnya di Yerusalem. Majalah Haarlems Dagblad, terbitan tanggal 23 Februari 2007 lalu menginformasikan lebih jelas. Terbitan itu memuat laporan seorang pembuat film dokumenter asal Kanada. Dalam jumpa pers ia berkeyakinan telah menemukan kuburan dari Yesus asal Nasareth. Ia meyakinkan bahwa penyelidikan tersebut telah memakan waktu yang cukup lama. Penyelidikan itu bahkan dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya para arkeolog, ahli sejarah, pakar tulisan kuno dan spesialis DNA.

Dalam laporan penelitian dikatakan, kuburan yang ditemukan tersebut berada di Talpiot, yang masih dalam wilayah Yerusalem. Didalam gua kecil yang dipercaya sebagai kuburan tersebut, team peneliti menemukan 10 sisa-sisa dari peti mati; di mana tertulis nama-nama di atas sisa-sisa peti tersebut. Nama-nama yang ditemukan diantaranya: Yesus, anak Yosef, Yudah, anak Yesus dan dua kali nama Maria, yang dimaksud adalah Maria Magdalena, dan Maria ibu Yesus. Tak heran, penemuan menghebohkan ini segera menjadi headline harian nasional Israel, Yediot Ahronot.


Aneka Reaksi

Entah sampai kapan, Gereja harus menghadapi aneka kontroversi. Sejak dulu selalu ada kontoversi, jauh sebelum heboh buku The Da Vinci Code karya Dan Brown. Kontroversi teori tentang Yudas sebagai pembuka jalan bagi Yesus menuju kebangkitan yang menyelamatkan yang muncul tahun 2006 lalu, hingga kini penemuan makan Yesus.

Sebenarnya penemuan gua sebagai makam Yesus bukanlah hal yang baru. Gua tersebut telah ditemukan pada tahun 1980. Sejak saat itu dilakukan penyelidikan terus-menerus. Hasilnya adalah film dokumenter berjudul “The Burial Cave Of Jezus” yang dirilis sebagai kerjasama dari Simcha Jacobovici (pemuat film asal Kanada tetapi berdarah Israel), dan James Cameron (pemenang tiga piala Oscar, dan pembuat film Titanic dan The Terminator). Film dokumenter ini, rencananya dalam waktu dekat akan ditayangkan di World Discovery Channel. Di Minggu bulan Maret 2007, tepat di masa menjelang peringatan Paskah, akan dilaksanakan konferensi pers di New York. Bukan tidak mungkin waktu yang tepat dan isu yang menarik, justru akan membuat film tersebut makin laris.

Namun, Amos Kloner, arkeolog asal Israel yang juga terlibat langsung dalam team penelitian gua tua tersebut justru berkomentar, “Memang, tampaknya seperti cerita yang bagus. Tetapi untuk menyebut bahwa penemuan itu sebagai makam Yesus, bukti-bukti yang ada amatlah sedikit.” Karena menurutnya, nama-nama yang ditemukan dalam peti tersebut bukan hal yang istimewa. Sejak 2000 tahun yang lalu, sudah hal yang biasa memberikan nama-nama tersebut bagi orang-orang Yahudi, katanya kepada majalah Haarlems Dagblad. Sementara Paul Verhoeven, sutradara flm asal Belanda, yang juga bekerja di Hollywood mengatakan, “Memang indah untuk menikmati khayalan seperti itu.”


Teori Dan Iman Gereja

Harus diakui, Injil memuat pewartaan mengenai Sabda dan Karya Yesus, yang dapat disebut semacam riwayat hidup Yesus. Injil memuat pula informasi yang ada kaitannya dengan segi kesejarahan tentang kelahiran-Nya, tentang pewartaan-Nya, termasuk juga tentang sengsara, wafat dan yang paling penting, tentang kebangkitan-Nya.

Ada banyak sekali hal, yang dalam Injil hanya dikemukakan secara sangat samar-samar, karena maksud Injil ditulis memang pertama-tama bukan sebagai catatan sejarah, tetapi sebagai pewartaan. Misalnya maksud Injil Yohanes ditulis dalam Yoh 20:30, “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesus-lah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”

Berkaitan dengan kesejarahan Injil pada khususnya dan Kitab Suci pada umumnya, sikap Gereja jelas. Dei Verbum No. 19. menyebutkan kesejarahan memang penting sekali. Sebab jika tidak, iman kepercayaan kita akan menjadi seperti apa yang dikemukakan Petrus atau Paulus: yakni iman yang hanya didasarkan atas isapan jempol (bdk. 2 Ptr 1:16) atau pada dongeng nenek-nenek tua (bdk. 1Tim 4:7). Data-data sejarah yang termasuk (karena tidak dimaksudkan sebagai tujuan pertama dan utama) dalam pewartaan sabda dan karya Yesus (terutama dalam Injil-injil), banyak sekali yang kemudian dijadikan obyek dan pintu masuk penelitian para ahli, di masa kini. Tentu demi memenuhi rasa ingin tahu dan mencari kebenaran sejarah. Misalnya, sebagaimana pertanyaan yang selalu menginspirasi para ahli semacam tentang bintang yang tampak pada saat kelahiran Yesus. Apakah itu? Komet? Atau meteor? Lalu mereka mulai menyelidiki, entah berdasarkan perhitungan astronomis dapat diidentifikasikan adanya lintasan suatu badan angkasa yang begitu mendekati bumi pada waktu itu. Kapan waktu itu? Pada masa pemerintahan Kaisar Agustus (bdk. Luk 2:1). Kapan persisnya? Pada waktu Kireneus menjabat Wali Negeri di Syria (bdk. Luk 2:2) dan berbagai pertanyaan kritis dan detil lainnya. Pada akhirnya para ahli berteori atau berhipotesa bahwa bintang yang nampak terang benderang pada waktu Yesus lahir itu adalah Comet Halley, atau teori dan hipotesa lainnya, yang beraneka.

Begitu juga tentang tempat Yesus dilahirkan, yang rupanya pasti tidak di suatu rumah (bdk Luk 2:7), tetapi di sebuah tempat tinggal binatang, karena Ia dibaringkan di palungan. Karena pada waktu itu para gembala biasa berteduh bersama ternaknya di gua-gua, maka dicarilah gua di sekitar Bethlehem yang berdasarkan data-data lain. Juga didukung dengan data dari tradisi lisan maupun tradisi tulisan, yang mungkin menjadi petunjuk tempat kelahiran Yesus. Maka orang sampai pada teori dan hipotesa tentang salah satu gua di sana: inilah tempat Yesus dilahirkan. Biasanya, kalau sudah ada teori atau hipotesa sedemikian, apalagi kalau itu sangat mungkin, dan tidak ada argumen atau bukti sebaliknya yang melawannya, orang menerimanya. Tetapi sebagai teori dan hipotesa, bukan sebagai kepastian yang tak dapat diganggu-gugat.

Begitulah yang terjadi tentang makam Yesus. Kitab Suci memuat informasi, bahwa Yesus wafat (bdk. Mat 27:50; Mrk 15:37; Luk 23:46: Yoh 19:30.33-34). Ia dikuburkan (bdk. Mat 27:59-60; Mrk 15:46; Luk 23:53; Yoh 19:42). Sekarang di Yerusalem ada suatu tempat yang dipercaya sebagai kubur Yesus (tempatnya ada di dalam Gereja Makam Yesus) yang menjadi tempat peziarahan terkenal. Pastilah tempat tersebut sejak tahun-tahun pertama kekristenan diteorikan dan dihipotesekan sebagai kubur Yesus dan diterima sebagai yang paling mungkin dan masuk akal.

Teori dan hipotese tersebut tak menjadi masalah. Namun, apakah itu memang makam tempat jenazah Yesus dulu pernah dibaringkan? Tidak ada seorang pun yang bisa memastikannya. Oleh karena itu pencarian kepastian inilah yang diharapkan bisa diperoleh dan boleh tetap berjalan terus. Berbagai penemuan pernah dilaporkan, tentu saja dengan berbagai bukti yang konon tidak bisa dibantah lagi. Namun muncul juga banyak sanggahan dan keberatan terhadap teori atau hipotesa itu. Dan omong kosong sajalah penemuan baru dengan bukti dan data-data itu.

Sekalipun banyak teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru yang muncul, sikap resmi Gereja terkesan tidak terlalu pusing. Karena pada akhirnya aneka penemuan baru tidak mengubah iman kepercayaan kepada Yesus, kebangkitan-Nya dan lain-lain. Memang harus diwaspadai, justru pokok iman inilah yang sering dijadikan sasaran akhir dari aneka teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru.

Penemuan makam Yesus dijadikan alasan, misalnya, untuk menolak percaya kepada Yesus, menolak kebangkitan-Nya, ke-Allah-an-Nya dan lain sebagainya. Karena, ada orang yang memang berusaha untuk mematahkan iman kepercayaan kepada Yesus. Jalan pikirannya sederhana: jika bisa menemukan makam Yesus dan di sana ditemukan tulang-belulang, maka Yesus tidak bangkit, Yesus bukan Allah dan seterusnya. Tak jarang, argumen menentang iman ini disertai dengan kutipan dari Injil supaya lebih meyakinkan. Misalnya memakai kutipan Injil tentang Yesus yang bangkit hanya diberitakan bahwa makam-Nya kosong (bdk. Mat 28; Mrk 16; Luk 24; Yoh 20). Data makam kosong pun dapat menjadi alasan orang berteori dan berhipotesa bahwa Yesus tidak dikuburkan di situ atau Yesus tidak mati, tidak bangkit, maka Yesus bukan Allah, dan lain sebagainya.

Teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru yang muncul sekali lagi tidak perlu memusingkan dan mengubah iman Gereja. Sekalipun banyak teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru selalu ada muncul argumen penentangnya dengan teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti pula.

Harus diakui, dalam sejarah Gereja berabad-abad lamanya, Gereja sudah biasa mendapat berbagai pendapat yang seolah-olah memojokkan dan menyulitkan Gereja. Di era yang sangat modern maka, siapapun, lewat cara apapun dapat mengajukan teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru. Juga dengan bumbu sensasional. Namun Gereja tak mungkin dan tak perlu menanggapi semuanya. Gereja juga menghargai kebebasan berpendapat. Jika terbukti secara meyakinkan bahwa teori, hipotesa, penemuan dan bukti-bukti baru, dalam hal ini tentang makam itu, benar makam Yesus, tetaplah bukan sebuah argumen yang melawan iman Gereja. Iman Gereja adalah satu keyakinan dan yang terpenting, Yesus telah bangkit. Selamat Paskah 2011.